Oleh Kang Mac
SELAIN gedung Societeit untuk perwira (sekarang gedung Historich) dan
Societeit untuk serdadu tentara berpangkat rendah (sekarang gedung
Siliwangi Kodim), ada beberapa rumah di kawasan Cantineweg (Jalan Gatot
Subroto Tagog), yang juga dijadikan tempat rekreasi bagi para tentara
yang dibuat khusus berdasar agama.
Ada Katholieke Militair Tehuis (KMT),
ini diperuntukan buat tentara beragama Katolik. KMT
kini menjadi Gereja Agustinus. Lalu ada pula Protestan Militair Tehuis
(PMT), buat tentara beragama Protestan.
Lokasinya di pinggir Gereja
Pasundan sekarang. Dan terakhir ada Neutraal Militair Tehuis (NMT), ini
rumah buat tentara di luar Katholik dan Protestan, baik itu Yahudi,
Atheis dll.
Nah berdasarkan peta Tjimahi tahun 1940, terlihat
bahwa NMT berada di dekat pertigaan Tagog. Lokasinya kini menjadi
swalayan dan sebuah rumah yang nyaris ambruk. Bahkan sekarang lokasi itu
sudah dikelilingi seng. Entah mau dibangun apa. Sekali lagi, kita
bakal kehilangan memori kota. (*)
Saturday, May 14, 2016
Thursday, May 12, 2016
Asal Usul Nama Citeureup (Toponimi Nama-nama Daerah di Cimahi -2)
Oleh Kang Mac
CITEUREUP. Merupakan nama salah satu kelurahan di Kecamatan Cimahi Utara. Tak hanya di Cimahi, di beberapa daerah lain di Jabar ada beberapa tempat yang diberi nama Citeureup, seperti Citeureup Kabupaten Bogor. Citeureup berasal dari dua kata, yaitu Ci dan Teureup. Ci asal kata dari Cai, yang berarti air. Teureup adalah jenis tumbuhan yang berkerabat dengan nangka dan campedak. Mungkin masih ada yang ingat dengan istilah Leugeut Aing Leugeut Teureup atau cerita Si Leugeut Teureup.
Dulu, kalau mau berburu burung, pasti pakai getah pohon Teureup ini. Dari beberapa sumber, tanaman Teureup memiliki nama Latin, Artocarpus elasticus. Di beberapa daerah lain di Indonesia, pohon Teureup disebut Benda atau Bendha. Masyarakat daerah lainnya menyebut nama yang beragam untuk Teureup ini. Misalnya kalam (Mentawai), torop (Karo), Bakil (Melayu), dan tarok (Minangkabau), kokap (Madura), taeng (Makassar), dan Torop (Batak).
Pohon Teureup bisa punya tinggi hingga 65 meter. Kulit pohon berwarna abu – abu gelap hingga kelabu kecokelatan. Bagian dalamnya kekuningan hingga cokelat pucat, teksturnya halus atau agak bersisik. Saat dilukai, kulit kayu mengeluarkan lateks tebal berwarna putih. Nah, yang khas dari Teureup adalah buahnya. Bentuknya bulat dan berduri, sekilas seperti rambutan. Tapi jangan coba memakannya, rasanya tak seperti rambutan Rapi'ah. Apakah masih ada pohon Teureup di daerah Citeureup Cimahi Utara? (*)
CITEUREUP. Merupakan nama salah satu kelurahan di Kecamatan Cimahi Utara. Tak hanya di Cimahi, di beberapa daerah lain di Jabar ada beberapa tempat yang diberi nama Citeureup, seperti Citeureup Kabupaten Bogor. Citeureup berasal dari dua kata, yaitu Ci dan Teureup. Ci asal kata dari Cai, yang berarti air. Teureup adalah jenis tumbuhan yang berkerabat dengan nangka dan campedak. Mungkin masih ada yang ingat dengan istilah Leugeut Aing Leugeut Teureup atau cerita Si Leugeut Teureup.
Dulu, kalau mau berburu burung, pasti pakai getah pohon Teureup ini. Dari beberapa sumber, tanaman Teureup memiliki nama Latin, Artocarpus elasticus. Di beberapa daerah lain di Indonesia, pohon Teureup disebut Benda atau Bendha. Masyarakat daerah lainnya menyebut nama yang beragam untuk Teureup ini. Misalnya kalam (Mentawai), torop (Karo), Bakil (Melayu), dan tarok (Minangkabau), kokap (Madura), taeng (Makassar), dan Torop (Batak).
Pohon Teureup bisa punya tinggi hingga 65 meter. Kulit pohon berwarna abu – abu gelap hingga kelabu kecokelatan. Bagian dalamnya kekuningan hingga cokelat pucat, teksturnya halus atau agak bersisik. Saat dilukai, kulit kayu mengeluarkan lateks tebal berwarna putih. Nah, yang khas dari Teureup adalah buahnya. Bentuknya bulat dan berduri, sekilas seperti rambutan. Tapi jangan coba memakannya, rasanya tak seperti rambutan Rapi'ah. Apakah masih ada pohon Teureup di daerah Citeureup Cimahi Utara? (*)
Subscribe to:
Posts (Atom)